Selasa, 31 Juli 2012

Orang Alim dan Orang Bodoh

Tentang hadist “tidurnya orang alim lebih baik dari pada ibadahnya orang bodoh” menjadi diskusi para santri LTPLM ketika muroja’ah 3 juli 2012 lalu. Penanya bertanya mengenai adanya hadist tersebut dengan memberi kritisan bagaimanakah bila orang yang alim tadi sama sekali tidak mengerjakan ibadah. Apakah tidurnya masih bisa dibilang lebih baik dari ibadahnya orang yang bodoh?
mencoba menjawab dan melengkapi jawaban dari diskusi kemarin sore, memang benar yang dimaksud orang alim di sini adalah orang yang berilmu. Kemudian bagaimana bila orang yang berilmu tidak beribadah? Dalam konteks ini kita harus mendefinisikan orang yang berilmu secara universal. Menurut saya, orang alim adalah orang yang memiliki ilmu secara luas, tidak hanya ilmu umum saja, tetapi juga ilmu agama. Abah sendiri pernah ngendikan bahwasanya “belajar ilmu umum itu gpp, penting. tapi jangan sampai lupa ilmu agama.” Artinya belajar ilmu agama itu wajib hukumnya. Dari kritisan penanya, gambaran orang alim tadi mungkin berilmu dalam ilmu umum saja, dan ilmu agamanya kurang, sehingga tidak diasingkan lagi jika orang berilmu tadi menjadi tidak taat terhadap Tuhannya. Kemudian mengenai konteks ‘tidur’ dalam hadist di atas, kita tidak bisa memaknai hadist itu hanya pada pemikiran yang linier, kita harus berpikir radial dalam menelaahnya. Yang pertama menurut saya, esensi dari hadist itu adalah saking pentingnya menuntut ilmu sehingga tidurnya saja menjadi sangat mulia dibanding orang bodoh yang beribadah. Kedua, mungkin tidur yang terlihat biasa, namun di dalam tidurnya orang berilmu tadi mungkin terdapat do’a-do’a dari ilmunya. Contohnya, ketika dua orang diutus untuk mengkhatamkan al-Qur’an dalam waktu paling cepat, mungkin salah satu darinya akan seharian penuh tidak tidur sama sekali hanya membaca ayat al-qur’an sampai khatam, namun satunya hanya cukup dengan membaca surat al-ikhlas 3 kali maka sudah sama dengan amalan khatam al-qur’an. Karena apa, karena orang kedua ini, dia memiliki ilmu. Dia tau ilmunya bahwa membaca 3 kali al-ikhlas itu sama dengan mengkhatamkan al-qur’an. Di sinilah terlihat jelas beda kebaikannya antara orang alim dan orang bodoh.
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa, dikatakan orang alim disini, ilmunya harus menyeluruh ilmu umum maupun agama. Dan belajar ilmu agama adalah kewajiban. Yang kedua mengenai makna hadist tersebut kita tidak bisa mengartikannya secara utuh tanpa adanya kupasan yang lebih dalam. Esensinya adalah pentingnya dalam menuntut ilmu tadi. Terimakasi J Aliyyatus Sa’adah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar